Minggu, 27 April 2014

Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan serta Stress

1. Penyesuaian Diri & Pertumbuhan A. Penyesuaian Diri Pengertian penyesuaian diri adalah proses yang diharapi oleh individu dalam mengenal lingkungan yang baru. Menurut Schneider (dalam Partosuwido, 1993) penyesuaian diri merupakan kemampuan untuk mengatasi tekanan kebutuhan, frustasi dan kemampuan untuk mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat. Menurut Callhoun dan Acocella (dalam Sobur, 2003), penyesuaian dapat didefinisikan sebagai interaksi individu yang kontinu dengan diri individu sendiri, dengan orang lain. dan dengan dunia individu. Menurut pandangan ahli diatas, ketiga faktor tersebut secara konstan mempengaruhi individu dan hubungan tersebut bersifat timbal balikmengingat individu secara konstan juga mempengaruhi kedua faktor lain. Menurut Schneider (1964), pengertian penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: 1) Penyesuaian sebagai adaptasi : menurut pandangan ini, penyesuaian diri cenderung diartikan sebagai usaha memperthankan diri secara fisik, bukan penyesuaian dalam arti psikologis, sehingga ada kompleksitas kepribadian individu dengan lingkungan yang terabaikan. 2) Penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas : penyesuaian diri diartikan sama dengan penyesuaian yang mencakup konformitas terhadap suatu norma. Pengertian ini menyiratkan bahwa individu seakan-akan mendapat tekanan kuat untuk harus selalu mampu menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baik secara moral, sosial maupun emosional. Menurut sudut pandang ini, individu selalu diarahkan kepada tuntutan konformitas dan diri individu akan terancam tertolak jika perilaku individu tidak sesuai dengan norma yang berlaku. B. Pertumbuhan Personal Pertumbuhan personal adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses-proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal yang sehat pada waktu yang normal. Prof. Gessel mengatakan bahwa pertumbuhan pribadi manusia berlangsung secara terus menerus. a. Penekanan pertumbuhan/penyesuaian diri dan pertumbuhan Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis. Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957) bahwa perkembangan berjalan dengan prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai keadaan dimana diferensiasi, artikulasi, dan integarasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas itu lambat laun bagian-bagiannya akan menjadi semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan. b. Variasi dalam Petumbuhan Tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin diluar dirinya. c. Kondisi-kondisi untuk bertumbuh Kondisi jasmaniah seperti pembawa dan struktur atau konstitusi fisik dan temperamen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembangannya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat kolerasi yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe tempramen (Surya< 1977). Misalnya orang yang tergolong ekstomorf yatiu ototnya lemah, tubuhnya rapuh, ditandai dengan sifat-sifat menahan diri, segan dalam aktifitas sosial, dan pemilu. Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku maka dapat diperkirakan bahwa sistem syaraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor yang penting bagi proses penyesuaian diri. Beberapa penelitian menunjukan bahwa gangguan dalam sistem syaraf, kelenjar, dan otot dapat menimbulkan gejala-gejala gangguan mental, dtingkah laku, dan kepribadian. Dengan demikian, kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syaraf bagi tercapainya proses penyesuaian yang baik. d. Fenomenolgi Pertumbuhan Fenomenologi memandang manusia hidup dalam "dunia kehidupan" yang dipersepsi dan diinterpretasi secara subyektif. Setiap orang mengalami dunia dengan caranya sendiri. "Alam pengalaman setia orang berbeda dari alam pengalaman orang lain." (Brouwer, 1983:14). Fenomenologi banyak mempengaruhi tulisan-tulisan Carl Rogers, yang boleh disebut sebagai Bapak Psikologi Humanistik. Carl Rogers menggarisbesarkan pandangan Humanisme sebagai berikut (kita pinjam dengan sedikit perubahan dari Coleman dan Hammen, 1974:33) 2. Stress A. Arti Penting Stress J.P. Chaplin dalam Kamus Lengkap Psikologi mendefinisikan stress sebagai suatu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis. Begitu juga dengan Atkinson (1983), stress terjadi ketika orang dihadapkan dengan peristiwa yang mereka rasakan sebagai ancaman bagi kesehatan fisik maupun psikolgisnya. Keadaan sosial, lingkungan dan fisikal yang menyebabkan stress dinamakan stressor. Sementara reaksi orang terhadap peristiwa tersebut dinamakan respon stress atau stress. Manurut Lazarus 1999, stress adalah rasa cemas atau terancam yang timbul ketika kita menginterpretasikan atau menilai suatu situasi sebagai melampaui kemampuan psikologis kita untuk bisa menanganinya secara memadai. B. Tipe-Tipe Stress Psikologis a. Tekanan Tekanan merupakan suatu beban yang dirasakan oleh sesorang. Tekanan yang timbul dari tuntutan kehidupan sehari-hari dapat berasal dari dalam individu itu sendiri, misalnya apa yang kita inginkan atau harapan ternyata tidak sesuai dengan hasilnya. Tekanan yang berasal dari luar diri individu, misalnya paksaan dari orang tua saat menentukan jurusan dalam kuliah. b. Frustasi Frustasi dapat muncul akibat adanya suatu kegagalan ketika seseorang ingin mencapai suatu hal taua tujuan yang diinginkannya. Contoh : si Budi ingin masuk salah satu perguruan tinggi negeri namun ia gagal dan mengakibatkan frustasi. c. Konflik Konflik dapat terjadi apabila seorang individu harus memilih antara dua tujuan atau dua tindakan yang tidak sejalan. Konflik dibedakan berdasar nilai dari masing-masing pilihan, jika pilihannya memiliki tujuan yang positif bagi individu, maka dinamakan sebagai approach tendency. Sedangkan jika piliannya memiliki tujuan negatif dinamakan avoidance tendency. d. Kecemasan Kecemasan adalah emosi tidak menyenangkan yang ditandai oleh perasaan seperti khawatir, prihatin, tegang, dan takut yang dialami oleh semua orang teteapi dengan kadar dan tingkatan yang berbeda-beda. C. Symptom-Reducing Responses terhadap Stress Macam-macam penyesuaian diri terhadap stress, ada dua yaitu: memodifikasi a. Penyesuaian yang bersifat mengurangi atau memperlemah symptom stress b. Penyesuaian yang sifatnya berusaha atau membantu mengatasi secara lebih terarah sumber stress yang ada, disebut dengan penyesuaian efektif. Penyesuaian yang bersifat mengurangi symptom stress ada dua, yaitu : a. Yang bersifat tak disadari : seringkali dilakukan adalah defense mechanisme (mekanisme pertahanan diri atau ego). b. Yang bersifat disadari :membicarakannya dengan orang lain, melakukan pekerjaan lain yang mengurangi symptom stress. D. Pendekatan "Problem Solving" terhadap Stress Merupakan jenis penyesuaian terhadap stress yang bersifat disadair, berupaya menghilangkan sumber stress, tidak tergesa-gesa dan lebih terarah serta ada strategi tertentu, sehingga lebih efektif. Jenisnya: a. memodifikasi diri agar lebih toleran terhadap stress. b. memodifikasi situasi yang menimbulkan stress

Tidak ada komentar:

Posting Komentar